KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat
Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “Prinsip-prinsip yang Perlu diperhatikan dalam
Pembelajaran”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah Belajar dan Pembelajaran di Universitas Negeri
Makassar.
Dalam Penulisan makalah ini penulis
merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang
telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.
Makassar, Mei 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG............................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................... 1
C. TUJUAN.................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PRINSIP BELAJAR.................................... 3
B. PRINSIP-PRINSIP YANG PERLU
DIPERHATIKAN
DALAM PEMBELAJARAN.................................................. 4
C. PRINSIP
PEMBELAJARAN KHUSUS MENURUT
PARA AHLI.............................................................................. 11
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN......................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Salah satu tugas guru adalah
mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu saja tidak dapat di lakukan
sembarangan, tetapi harus menggunakan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar
tertentu agar bisa bertindak secara tepat. Oleh karenanya, sebagai calon guru
perlu mempelajari teori dan prinsip-prinsip belajar yang dapat membimbing
aktivitas dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Walaupun teori belajar tidak dapat diharapkan menentukan langkah demi langkah
prosedur pembelajaran, namun bisa memberi arah prioritas-prioritas dalam
tindakan
guru. Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap
batas-batas belajar kemungkinan dalam pembelajaran.
Dalam
melaksanakan pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip
belajar dapat membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat. Guru dapat
terhindar dari tindakan-tindakan yang kelihatannya baik tetapi nyatanya tidak
berhasil meningkatkan proses belajar siswa. Selain itu dengan teori dan
prinsip-prinsip belajar, ia memiliki dan mengembangkan sikap yang diperlukan
untuk menunjang peningkatan belajar siswa.
Banyak
teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu
dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari berbagai prinsip
belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relativ berlaku umum yang dapat
kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu
meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan
mengajarnya. Prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan,
keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.
Oleh karena itu, untuk lebih lengkapnya akan penulis bahas dalam materi
pembahasan di bawah ini dengan judul “ Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran “.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan
prinsip-prinsip belajar ?
2. Apa saja prinsip-prinsip yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran ?
3. Apa saja kekhususan prinsip
pembelajaran menurut
para ahli pada masing-masing ranah pembelajaran ?
C.
TUJUAN
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui
definisi dari prinsip-prinsip belajar.
2. Agar mahasiswa dapat menjelaskan apa
saja prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran.
3. Agar mahasiswa dapat menjelaskan apa
saja prinsip-prinsip pembelajaran menurut para ahli pada masing-masing ranah
pembelajaran.
BAB II
ISI
A.
PENGERTIAN PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
Dalam proses pembelajaran,guru dituntut untuk mampu
mengembangkan potensi-potensi peserta didik secara optimal. Upaya untuk
mendorong terwujudnya perkembangan potensi peserta didik tersebut tentunya
merupakan suatu proses panjang yang tidak dapat diukur dalam periode
tertentu,apalagi dalam waktu yang sangat singkat.
Davies (1992:32), mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan
kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar dalam proses
pembelajaran,yaitu:
1. Hal apapun yang
dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya.
2. Setiap murid
belajar menuntut tempo
(kecepatannya)
sendiri dan untuk setiap kelompok umur,terdapat variasi dalam kecepatan
belajar.
3. Seorang murid
belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberi
penguatan(reinforcement).
4. Penguasaan
secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti.
5. Apabila murid
diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih
termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik.
B.
PRINSIP-PRINSIP YANG PERLU
DIPERHATIKAN DALAM PEMBELAJARAN
Berikut ini diuraikan beberapa prinsip belajar yang dapat
dikembangkan dalam proses pembelajaran:
1.
Prinsip Perhatian dan Motivasi
Motivasi merupakan tenaga pendorong bagi seseorang agar
memiliki energi atau kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh semangat. Motivasi sebagai
suatu kekuatan yang mampu mengubah energi dalam diri seseorang dalam bentuk
aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.
Hamalik
(2001), mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energy di dalam
pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan).
Motivasi terkait erat dengan kebutuhan. Semakin besar
kebutuhan seseorang akan sesuatu yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat
motivasi untuk mencapainya.
Hanya dengan motivasilah anak didik dapat tergerak hatinya untuk belajar
bersama teman-temannya yang lain (Djamarah: 2006).
Dalam kegiatan belajar, peran guru sangat penting di
dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. Menyadari bahwa motivasi terkait erat
dengan kebutuhan,
maka tugas guru
adalah meyakinkan para siswa agar tujuan belajar yang ingin diwujudkan menjadi
suatu kebutuhan bagi setiap siswa. Guru hendaknya dapat meyakinkan siswa bahwa
hasil belajar yang baik adalah suatu kebutuhan guna mencapai sukses yang
dicita-citakan.
Motivasi dapat bersifat internal dan eksternal. Beberapa
penulis atau ahli yang lain menyebutnya motivasi instrinsik dan ekstrinsik.
Motivasi
internal dan
instrinsik, adalah dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan suatu
aktivitas.
Motivasi eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar
diri individu. Motivasi
eksternal melalui proses belajar dan interaksi individu dengan lingkungannya
dapat berubah menjadi motivasi internal. Proses perubahan dari motivasi ekstrinsik menjadi motivasi
instrinsik pada seseorang disebut “transformasi motif”. (Dimyati dan Mudjiono: 1994).
Penerapan prinsip-prinsip motivasi dalam proses
pembelajaran akan dapat berlangsung dengan baik, bialamana guru memahami memahami beberapa
aspek yang berkenaan dengan dorongan psikologis sebagai individu dalam diri
siswa sebagai berikut:
a. Setiap individu
tidak hanya didorong oleh pemenuhan aspek-aspek biologis, sosial dan
emosional,
akan tetapi
individu perlu juga dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang ia
miliki saat ini.
b. Pengetahuan
tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya
peningkatan usaha.
c. Motivasi
dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian.
d. Rasa aman dan
keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatan motivasi belajar.
e. Motivasi
bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian besar
dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
f. Kajian dan
penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terhadap motivasi dan
perilaku.
g. Insentif dan
hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas, memang ada bahayanya
bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena memang ingin
belajar.
h. Kompetisi dan
insentif dalam waktu tertentu dapat meningkatkan motivasi.
i.
Sikap yang baik untuk belajar dapat
dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana belajar yang memuaskan.
j.
Proses belajar an kegiatan yang
dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat mempertinggi motivasi.
2.
Prinsip Transfer dan Retensi
Berkenaan dengan proses transfer dan retensi terdapat
beberapa prinsip yaitu:
a. Tujuan belajar
dan daya ingat dapat menguat retensi.
b. Bahan yang
bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik.
c. Retensi
seseorang dipengaruhi oleh kondisi psikis dan fisik dimana proses belajar itu
terjadi.
d. Latihan yang
terbagi-bagi memungkinkan retensi yang lebih baik.
e. Penelaahan
bahan-nahan faktual, keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi.
f. Tahap akhir
belajar seyogyanya memasukkan usaha untuk menarik generalisasi, yang pada
gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.
3.
Prinsip Keaktifan
Keaktifan anak dalam belajar merupakan persoalan penting
dan mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap guru di
dalam proses pembelajaran. demikian pula berarti harus dapat diterapkan oleh
setiap siswa dalam setiap bentuk kegiatan belajar. Keaktifan belajar ditandai
oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik
jika dibutuhkan.
Implikasi prinsip keaktifan atau aktivitas bagi guru di
dalam proses pembelajaran adalah:
a. Memberi
kesempatan, peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk berkreativitas dalam
proses belajarnya.
b. Memberi
kesempatan melakukan pengamatan, penyelidikan atau inkuiri dan eksperimen.
c. Memberi
tugas individual dan kelompok melalui kontrol guru.
d. Memberikan
pujian verbal dan non verbal terhadap siswa yang memberikan respon terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
e. Menggunakan
multi metode dan multi media di dalam pembelajaran.
4.
Prinsip Keterlibatan Langsung
Keterlibatan
langsung siswa di dalam proses pembelajaran memiliki intensitas keaktifan yang
lebih tinggi.keterlibatan langsung siswa memberi banyak sekali manfaat baik
manfaat yang langsung dirasakan pada saat terjadinya proses pembelajaran
tersebut, maupun manfaat jangka panjang setelah proses pembelajaran terjadi.
Bilamana proses
belajar untuk mencapai perubahan-perubahan tersebut melibatkan peran langsung
siswa, maka akan terjadi perubahan-perubahan yang lebih cepat karena siswa
terlibat di dalam mengalami sendiri, atau mempraktekkan sendiri dimensi-dimensi
kemampuannya. Dengan demikian pula sekaligus siswa mengetahui
kemampuan-kemampuan dirinya, sehingga memungkinkan tumbuhnya dorongan atau
motivasi untuk mengembangkan diri.
5.
Prinsip Pengulangan
Teori belajar
klasik yang memberikan dukungan paling kuat terhadap prinsip belajar
pengulangan ini adalah teori ini, belajar adalah melatih daya-daya yang ada
pada manusia yang meliputi daya berpikir, mengingat, mengamati, menghapal,
menanggapi dan sebagainya.melalui latihan-latihan maka daya-daya tersebut
semakin lambat perkembangannya.
Stephen R.Covey,
pengarang buku “The 7 Habits of Effective People”, mengemukakan bahwa kebiasaan sebagai titik pertemuan
dari pengetahuan,
keterampilan
dan keinginan. Pengetahuan adalah paradigma teoritis, apa yang harus dilakukan
dan mengapa. Keterampilan adalah bagaimana melakukannya. Dan keinginan adalah
motivasi, keinginan untuk melakukan. Agar sesuatu bisa menjadi kebiasaan dalam
hidup kita, kita harus mempunyai ketiga hal tersebut.
Adapun implikasi
prinsip-prinsip pengulangan bagi guru adalah:
a. Memilih
pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan.
b. Merancang
kegiatan pengulangan.
c. Mengembangkan
soal-soal latihan.
d. Mengimplementasikan
kegiatan-kegiatan pengulangan bervariasi.
Sedangkan pada
siswa sangat dituntut untuk memiliki kesadaran yang mendalam agar bersedia
melakukan pengulangan latihan-latihan baik ditugaskan oleh guru maupun atas
inisiatif dan dorongan diri sendiri.
6.
Prinsip Tantangan
Depoter
(2000:23) mengemukakan bahwa studi-studi menunjukkan bahwa siswa lebih banyak
belajar jika pelajarannya memuaskan, menanatang serta ramah, dan mereka
memiliki peran di dalam pengambilan keputusan. Bilamana anak merasa tertantang
dalam suatu pelajaran, maka ia dapat mengabaikan aktivitas lain yang dapat
mengganggu kegiatan belajarnya.
Model-model
pembelajaran yang menempatkan siswa hanya menerima saja apa yang diberikan atau
disampaikan oleh guru, memiliki kadar keterlibatan mental yang sangat rendah.
Beberapa bentuk kegiatan berikut dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru untuk
menciptakan tantangan dalam kegiatan belajar, yaitu:
a. Merancang dan
mengelola kegiatan inquiry dan eksperimen;
b. Memberikan
tugas-tugas pemecahan masalah kepada siswa;
c. Mendorong siswa
untuk membuat kesimpulan pada setiap sesi pembelajaran;
d. Mengembangkan
bahan-bahan pembelajaran yang menarik;
e. Membimbing
siswa menemukan fakta, konsep, prinsip dan generalisasi;
f. Merancang dan
mengelola kegiatan diskusi.
7.
Prinsip Balikan dan Penguatan
Prinsip balikan dan penguatan pada
dasarnya merupakan implementasi dari teori belajar yang dikemukakan oleh Skiner
melalui Teori Operant Conditioning dan salah satu hukum
belajar dari Thorndike yaitu “law of effect”. Menurut hukum belajar ini,
siswa akan lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil dan baik.
Hasil belajar, apalagi hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan
berpengaruh positif bagi upaya-upaya belajar berikutnya.
Sumantri dan Permana (1999:274)
mengemukakan secara khusus beberapa tujuan dari pemberian penguatan,yaitu:
a. Membangkitkan
motivasi belajar peserta didik
b. Merangsang
peserta didik berpikir lebih baik
c. Menimbulkan
perhatian peserta didik
d. Menumbuhkan
kemampuan berinisiatif secara pribadi
e. Mengendalikan
dan mengubah sikap negatif peserta didik dalam belajar ke arah perilaku yang
mendukung belajar
Terdapat
beberapa jenis penguatan yang dapat dilakukan guru:
a. Penguatan
verbal, yaitu penguatan yang diberikan guru berupa kata-kata/kalimat yang
diucapkan, seperti: “bagus”, “baik”, “smart”, “tepat” dan sebagainya.
b. Penguatan
gestural, yaitu penguatan berupa gerak tubuh atau mimik muka yang memberi
arti/kesan baik kepada peserta didik. Penguatan gestural dapat berupa; tepuk
tangan, acungan jempol, anggukan, tersenyum, dan sebagainya.
c. Penguatan
dengan cara mendekati, yaitu perhatian guru terhadap perilaku peserta didik
dengan cara mendekatinya. Penguatan dengan cara mendekati ini dapat dilakukan
ketika peserta didik menjawab pertanyaan, bertanya, berdiskusi atau sedang
melakukan aktivitas-aktivitas lainnya.
d. Penguatan
dengan cara sentuhan, yaitu penguatan yang dilakukan guru dengan cara menyentuh
peserta didik, seperti menepuk pundak, menjabat tangan, mengusapk
kepala atau bentuk lainnya.
e. Penguatan
dengan cara memberikan kegiatan yang menyenangkan. Memberikan penghargaan
kepada kemampuan peserta didik dalm suatau bidang tertentu, seperti peserta
didik yang pandai bernyanyi diberikan kesempatan untuk melatoih vokal pada
temannya.
f. Penguatan
berupa tanda atau benda, yaitu memberikan penguatan kepada peserta didik berupa
simbol-simbol atau benda-benda. Penguatan ini dapat berupa komentar tertulis
atas karya peserta didik, hadiah, piagam, lencana dan sebagainya.
Implikasi
prinsip-prinsip balikan dan penguatan bagi guru antara lain: (1) memberikan
balikan dan penguatan secara tepat, baik teknik, waktu maupun bentuknya,
(2) memberikan kepada siswa jawaban yang benar, (3) mengoreksi dan membahas
pekerjaan siswa, (4)
memberikan
catatan pada hasil pekerjaan siswa baik berupa angka maupun komentar-komentar
tertentu, (5) memberikan lembar jawaban atau kerja siswa, (6) mengumumkan atau
menginformasikan peringkat secara terbuka, (7) memberikan penghargaan.
8.
Prinsip Perbedaan Individual
Sebelum guru
menentukan strategi pembelajaran, metode dan teknik-teknik evaluasi yang akan
dipergunakan, maka guru terlebih dahulu dituntut untuk memahami karakteristik
siswa dengan baik. Hal ini dikarenakan dari hasil sejumlah riset menunjukkan
bahwa keberagaman faktor. Seperti sikap siswa, kemampuan dan gaya belajar,
pengetahuan serta kemampuannya dan konteks pembelajaran merupakan komponen yang
memberikan dampak sangat penting terhadap apa yang sesungguhnya harus
siswa-siswa pelajari (Killen,1998:5).
Dalam pandangan
DePorter & Henarcki (2001:117) terdapat tiga karakteristik atau modalitas
belajar siswa yang perlu diketahui oleh setiap pendidik dalam prose pembelajaran,yaitu:
a. Orang-orang
yang visual, yang seringkali ditandai suka mencoret-coret ketika
berbicara di telpon, berbicara dengan tepat, lebih suka melihat peta dari pada
mendengarkan penjelasan;
b. Orang-orang
yang auditorial, yang sering ditandai suka berbicara sendiri, lebih
suka mendengarkan ceramah atau seminar daripada membaca buku , lebih suka
berbicara daripada menulis;
c. Orang-orang
yang kinestetik, yang sering ditandai berpikir lebih baik ketika
bergerak atau berjalan, banyak menggerakkan anggota tubuh ketika berbicara,
sulit untuk duduk dan diam.
Secara lebih spesifik berkenaan dengan
implikasi atau penerapan prinsip-prinsip perbedaan individual dalam proses
pembelajaran, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan guru sebagai
berikut:
a. Para siswa
harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya untuk
selanjutnya mendapat perlakuan dan layanan kegiatan belajar yang mereka
butuhkan
b. Para siswa
harus terus didorong untuk mampu memahami potensi dirinya dan untuk selanjutnya
mampu merencanakan dan melaksanakan kegiatan
c. Peserta didik
membutuhkan variasi layanan, tugas, bahan dan metode yang selaras dengan minat,
tujuan dan latar belakang mereka
d. Para siswa
harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya serta pemenuhan
kebutuhan belajar maupun bimbingan yang berbeda denga siswa-siswa yang lain
e. Kesempatan-kesempatan
yang tersedia untuk belajar dapat lebih diperkuat bilamana para siswa tidak
merasa terancam oleh proses yang ia ikuti serta lingkungannya sehingga mereka memiliki
keleluasaan untuk berpartisipasi secara efektif dalam kegiatan belajar
f. Para siswa yang
telah memahami kekuatan dirinya akan lebih cenderung memiliki dorongan dan
minat untuk belajar secara lebih sungguh-sungguh.
C.
PRINSIP
PEMBELAJARAN MENURUT PARA AHLI PADA MASING-MASING
RANAH PEMBELAJARAN
Disamping prinsip-prinsip diatas,
adapun beberapa prinsip belajar yang dikaji dari ranah pembelajaran, yaitu:
1.
Prinsip Belajar Kognitif
Beberapa hal
berikut ini sangat penting diperhatikan dalam proses pembelajaran kognitif:
a. Perhatian harus
dipusatkan pada aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum proses belajar
kognitif terjadi
b. Hasil belajar
kognitif akan bervariasi sesuai dengan taraf dan jenis perbadaan individual
yang ada
c. Bentuk-entuk
kesiapan perbendaharaan kata atau kemampuan membaca, kecakapan dan pengalaman
berpengaruh langsung terhadp proses belajar kognitif
d. Pengalaman
belajar harus di organisasikan kedalam satuan-satuan atau unit-unit yang sesuai
e. Bila menyajikan
konsep, kebermaknaan dalam konsep amatlah penting. Perilaku mencari, penerapan,
pendefinisian resmi dan penilaian sangat di perlikan untuk menguji bahwa suatu
konsep benar-benar bermakna
f. Dalam
memecahkan masalah, para siswa harus dibantu untuk mendefinisikan dan membatasi
lingkup masalah, menemukan informasi yang sesuai, menafsirkan dan menganalisis
masalah dan memungkinkan tumbuhnya kemampuan berfikir yang multy dimensional (divergent
thinking).
2.
Prinsip Belajar Afektif
Pembelajaran
afektif dapat dilaksanakan dengan baik dalam upaya mencapai hasil belajar yang
diharapkan bilamana guru memperhatikan beberapa hal berikut:
a. Sikap dan nilai
tidak hanya diperoleh dari proses pembelajaran langsung, akan tetapi sering
diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain
b. Sikap lebih
mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan
c. Nilai-nilai
yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar prilaku kelompok
d. Bagaimana para
siswa menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap situasi akan memberi dampak
dan pengaruh terhadap proses belajar afektif
e. Dalam banyak
kesempatan nilai-nilai penting yang dieroleh pada maas kanak-kanak akan tetap
melekat sepanjang hayat
f. Proses belajar
di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang erat
g. Model interaksi
guru dan dan siswa yang positif dalam proses pembelajaran di kelas, dapat
memberikan kontribusi bagi tumbuhnya sikap positif di kalangan siswa
h. Para siswa
dapat dibantu agar lebih matang dengan cara memberikan dorongan bagi mereka
untuk lebih mengenal dan memahami sikap, peranan serta emosi.
3.
Prinsip Belajar Psikomotorik
Terdapat
beberapa hal penting yang perlu diketahui guru berkenaan dengan pembelajaran
psikomotorik:
a. Perkembangan
psikomotorik anak, sebagian berlangsng secara beraturan dan sebagian di
antaranya tidak beraturan
b. Di dalam tuga
suatu kelompok akan menunjukkan variasi kemampuan dasar psikomotorik
c. Struktur ragawi
dan sistem syaraf individu membantu menentukan taraf penampilan psikomotoril
d. Melalui
aktivitas bermain dan aktivitas informal lainnya para siswa akan memperoleh
kemampuan mengontrol gerakannya secara lebih baik
e. Seirama dengan
kematangan fisik dan mental, kemampuan belajar untuk memadukan dan memperluas
gerakan motorik akan lebih dapat diperkuat
f. Faktor-faktor
lingkungan memberikan pengaruh terhadap bentuk dan cakupan penampilan
psikomotor individu
g. Penjelasan yang
baik, demonstrasi dan partisipasi aktif siswa dapat menambah efisiensi belajar
psikomotorik
h. Latihan yang
cukup yang diberikan dalam rentang waktu tertentu dapat memperkuat proses
belajar psikomotorik
i.
Tugas-tugas psikomootorik yang terlalu
sukar bagi siswa dapat menimbulkan keputusasaan dan kelelahan yang lebih cepat
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Prinsip
belajar dapat diartikan sebagai pandangan-pandangan mendasar dan dianggap
penting yang dijadikan sebagai pegangan didalam melaksanakan kegiatan belajar.
Bagi guru, kemampuan menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam proses
pembelajaran akan membantu meningkatkan efektivitas pengelolaan pembelajaran
yang pada akhirnya dapat tercapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
DAFTAR PUSTAKA
Davies, RB. 1991. Teacher as Curriculum Evaluators.
Sydney: George Allen and Unwin.
DepPorter, Bobby. 2000. Quantum Teaching. Mempraktikkan Quantum
Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Kaifa.
Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Dirjen Dikti Depdiknas.
Djamarah,
SB. 2006. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Asdi Mahasatya.
Hamalik.
2001. Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Killen, Roy. 1998. Effective Teaching Strategies-Lesson from
Research and Practice. Second Edition. Australia: Social Science Press.
Parkay, Forrest. 1998. Becoming A Teacher. Fourth Edition.
USA: Allyn and Bacon.Briggs&Roos.
Sumantri,
M dan Permana, J. 1999. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti.